5 Cara Produktif Menulis Setiap Hari Tanpa Takut Kehabisan Ide
![]() |
ilustrasi seorang penulis (pexels.com/Tima Miroshnichenko) |
Coba bayangkan ada dua penulis, sebut saja Rina dan Budi.
Rina menulis 3.000 kata sehari, menerbitkan artikel rutin, dan bukunya sudah masuk cetakan kedua. Sementara itu, Budi selalu bilang "lagi nggak ada ide," naskahnya mandek di halaman 10, dan blognya terbengkalai berbulan-bulan.
Apa yang membedakan mereka berdua? Kenapa ada penulis yang terus produktif, sementara yang lain kehabisan ide dan kesulitan konsisten?
Ternyata, ini bukan soal bakat. Ada sebuah rahasia yang mereka terapkan. Dan kabar baiknya, Kamu juga bisa melakukannya setelah membaca tulisan berikut sampai selesai!
1. Tidak Menunggu Inspirasi, Tapi Menciptakannya
Kesalahan umum penulis pemula adalah terlalu banyak berpikir dan menulis ketika sudah ada mood baik ataupun inspirasi datang.
Padahal, penulis produktif tahu bahwa menunggu inspirasi justru adalah jebakan. Solusinya adalah buat rutinitas menulis yang jelas.
Misalnya, menulis setiap pagi selama 30 menit, atau menetapkan target harian sesuai kemampuan dan kesibukan kamu.
Contoh saja seperti seorang Stephen King yang menulis 2.000 kata setiap hari, entah sedang mood atau tidak. Itu sebabnya dia bisa menerbitkan ratusan buku dan karyanya dikenal luas.
2. Sediakan "Bank Ide" yang Selalu Terisi
Kenapa penulis produktif nggak pernah kehabisan ide? Karena mereka tidak mengandalkan ingatan.
Salah satu trik mereka adalah selalu mencatat ide di aplikasi catatan atau buku kecil yang mudah dibawa ke mana-mana.
Mereka juga membaca banyak buku, artikel, dan mengikuti tren untuk memperkaya dan meningkatkan kualitas tulisannya.
Selain itu, kamu juga bisa melakukan "brain dump"— yaitu menuangkan semua ide secara acak sebelum menyusunnya jadi tulisan.
Otak itu ibaratkan seperti sumur. Kalau tidak pernah diisi, lama-lama juga akan kering. Tak apa jika terasa banyak ide dan itu terkesan acak. Tulis saja terlebih dahulu idenya, baru nanti disusun ketika sudah mulai siap menulis.
3. Jangan Terlalu Perfeksionis Saat Menulis Draf Pertama
Kesalahan banyak penulis adalah ingin tulisannya langsung sempurna, sehingga seringkali justru gampang berhenti di tengah jalan.
Padahal, setiap karya tidak langsung bagus. Ada fase di mana tulisan itu harus direvisi lagi berkali-kali. Jadi, tidak apa untuk merasa tulisan kurang bagus, yang penting terus berlatih untuk tulisan-tulisan selanjutnya.
Solusi yang dapat kamu terapkan untuk menjadi penulis produktif adalah membedakan antara menulis dan mengedit atau merevisi.
Fokuslah untuk membiarkan tulisan terasa mengalir terlebih dahulu, baru memperbaikinya nanti.
Kamu bisa mencontoh penulis Ernest Hemingway yang mengatakan, "The first draft of anything is sh*t." Bahkan penulis legendaris pun tidak menulis sempurna di percobaan pertama!
Kalau penulis keren standar internasional saja tidak ragu menulis apa adanya di awal, mengapa kamu yang baru mulai masih banyak overthinking dan takutnya? Bukankah kita semua pasti belajar untuk jadi lebih baik, kan?
4. Menulis dengan Target dan Deadline yang Jelas
Mengapa target itu penting? Karena tanpa deadline, tulisan akan terus tertunda. Bayangkan saja kalau kamu menulis sesuka hati, kira-kira apakah akan terselesaikan?
Duh, ini saya menyindir diri sendiri rasanya. Karena ada tulisan di Wattpad yang belum terselesaikan padahal tinggal 2 bab lagi ending. Hehe.
Oke lanjut, kamu bisa menggunakan teknik Pomodoro—yaitu menulis selama 25 menit tanpa gangguan.
Kemudian, kamu juga bisa menetapkan deadline pribadi dan publikasikan ke publik agar ada rasa tanggung jawab. Malu, dong kalau udah diceritakan ke mana-mana tapi ga selesai tepat waktu, betul?
Kamu juga bisa memecah target besar menjadi tugas kecil, misalnya "1 bab per minggu" daripada "selesai novel tahun ini." Kadang hal-hal besar harus diusahakan dari yang kecil-kecil dulu, kan?
5. Penulis Hebat Tidak Menulis Sendirian
Loh, maksudnya bagaimana nih?
Ya, penulis hebat pasti punya Komunitas ataupun Mentor yang terus mendorong mereka terus maju dan berkarya meningkatkan kualitas tulisannya.
Kenapa banyak penulis gagal konsisten ya itu karena tidak ada dukungan dan feedback. Penulis tersebut hanya fokus dengan dirinya sendiri, merasa bisa melakukan segala sesuatunya dan yakin tulisannya sudah bagus.
Padahal, feedback ini penting. Support komunitas juga tidak kalah pentingnya. Bayangkan jika kamu menulis sendirian tanpa dukungan, mungkin bisa menghasilkan karya. Tapi ketika kamu kelelahan, rasanya semakin hari akan kehilangan semangat dan motivasi.
Cobalah untuk mulai bergabung dengan komunitas menulis atau punya mentor yang memberi masukan dan semangat.
Sekarang sudah banyak komunitas menulis yang bisa diikuti. Bisa gratis atau berbayar, tergantung kamu dan sesuaikan dengan fasilitas yang ada.
Banyak penulis sukses berasal dari lingkungan yang mendukung, seperti grup penulis atau kelas menulis. Mereka tentu tidak fokus belajar sendirian saja, tapi ada support system yang bisa saling menghargai satu sama lain.
Itulah yang membuat saya sendiri mendirikan ufuk literasi. Karena saat itu saya ingin punya teman belajar menulis juga. Kalau kamu mau ikut bergabung silakan saja. Sesuaikan dengan program yang ingin kamu ikuti juga supaya lebih maksimal!
Nah, sekarang coba kamu bayangkan lagi Rina dan Budi. Ya, Rina tidak menunggu inspirasi. Ia menulis setiap hari, punya bank ide, dan tidak takut menulis draf pertama jelek sekalipun.
Kira-kira Kamu mau jadi seperti Rina atau tetap seperti Budi, nih? Tentu saja jadikalah versi terbaik dirimu sendiri. Namun, tetap saja saatnya menerapkan rahasia ini dan mulai menulis lebih produktif lagi!
Silakan klik di sini untuk bergabung bersama program yang ada di komunitas Ufuk Literasi dan banyak member lainnya!
Pertanyaan: Kak, adakah platform menulis novel fiksi yang tidak terikat kontrak alias non eks dan diperbolehkan menerbitkan atau cetak buku sendiri?
Ka Aziz untuk yang latihan setiap hari menulis itu apakah boleh berbentuk seperti buku harian, dimana kata-kata dan sistem penulisannya belum tersusun rapi, atau sudah tersusun rapi?
By. Aurilliya