7 Kesalahan Penulis Pemula Lengkap dengan Solusinya!

Daftar Isi
ilustrasi penulis melakukan kesalahan (pexels.com/George Milton)

Bayangkan Kamu sudah menulis artikel atau cerita dengan penuh semangat. Dengan bangga, kamu unggah di blog atau media sosial. Tapi setelah beberapa jam kamu cek lagi, ternyata tidak ada yang membaca, tidak ada komentar, dan tentu saja tidak ada yang peduli.

Kamu cek lagi. "Mungkin ada yang salah?" Ternyata, ada beberapa kesalahan yang hampir semua penulis pemula lakukan dan bikin tulisan mereka tidak menarik bagi pembaca. 

Apa saja kesalahan itu? Dan bagaimana cara memperbaikinya? Yuk, kita bahas di sini sekarang!

1. Pembuka yang Membosankan (Pembaca Pergi di Paragraf Pertama!)

ilustrasi penulis malas membaca (pexels.com/Photo By: Kaboompics.com)

Banyak penulis pemula memulai tulisan dengan cara yang terlalu umum, terlalu panjang, atau tidak menggugah rasa penasaran.

Hal ini tentu sangat berbahaya, karena pembaca online sangat cepat bosan. Jika pembuka tidak menarik, mereka akan langsung pergi begitu saja tanpa melanjutkan tulisan kamu di paragraf selanjutnya.

Tapi tenang saja, kamu bisa menggunakan hook yang kuat, seperti storytelling, pertanyaan menarik, atau pernyataan mengejutkan.  

❌ "Menulis adalah keterampilan yang penting bagi semua orang." (Basi, tidak menarik!)  

✅ "Bayangkan kamu bisa menghasilkan uang hanya dengan menulis dari rumah!"

Lebih menarik yang kedua, kan? Ya, kurang lebih seperti itu. Coba kamu perbanyak baca tulisan-tulisan lainnya untuk jadi referensi.

2. Paragraf Terlalu Panjang dan Sulit Dibaca 

ilustrasi membaca paragraf panjang (pexels.com/Sarah Chai)

Kesalahan paling umum dilakukan penulis adalah, menulis paragraf terlalu panjang tanpa jeda. Hal ini tentu akan membuat pembaca kewalahan. 

Pembaca di Indonesia lebih menyukai teknik skimming, bukan membaca setiap kata. Jadi, kamu bisa mulai menulis dengan lebih menarik dan padat, namun informasi utama yang ingin disampaikan tetap tertulis.

Gunakan paragraf pendek sekitar 2-3 kalimat per paragraf. Ini lebih efektif dan efisien daripada banyak kalimat di dalam satu paragraf.

Kamu juga bisa menggunakan bullet point atau subheading agar tulisan lebih mudah dipindai, jika menulis di platform atau blog pribadi. Tapi harus diingat, bahwa ketentuan tiap platform itu berbeda-beda, jadi tetap perlu menyesuaikan diri, ya!

Kamu juga bisa belajar menulis artikel listicle yang lebih menarik di Kelas Artikel Ufuk Literasi bersama Kak Aziz, loh. Boleh kepoin di sini atau instagram langsung untuk informasi lebih detail!

3. Terlalu Banyak "Basa-basi" dan Tidak Langsung ke Inti

ilustrasi kalimat bertele-tele (pexels.com/Photo By: Kaboompics.com)

Menulis bertele-tele, banyak pengulangan, atau terlalu banyak kata-kata tidak penting, itu adalah kebiasaan para penulis yang dilakukan dengan tujuan supaya teks terlihat panjang.

Niatnya supaya tulisan jadi lebih berisi, namun bagi pembaca ternyata banyak narasi tidak penting dimasukkan di dalamnya. Bukannya tertarik, pembaca akan merasa jenuh sejak awal.

Pembaca akan mudah sekali kehilangan minat jika tulisan terasa berputar-putar tanpa poin yang jelas. Apalagi hanya berisi kutipan-kutipan yang diambil dari beragam situs, tanpa ada pembaharuan dari penulisnya sendiri.

Solusinya, coba kamu edit tulisan dengan lebih rapi dan pangkas bagian yang tidak penting. Fokuskan saja pada inti pembahasan sejak awal, ini akan lebih efektif dan menghemat waktu, serta pembaca akan terus membacanya sampai selesai.

Coba baca ulang tulisanmu dan hilangkan kata-kata yang tidak begitu penting. Jangan ragu atau bimbang karena merasa sudah menulis panjang, tiba-tiba harus dihapus beberapa bagiannya. Karena ini memang penting banget!

4. Tidak Ada Gaya Menulis atau Ciri Khas Penulis

ilustrasi membaca buku yang membosankan (pexels.com/Gary Barnes)

Banyak penulis menuliskan sebuah tulisan yang terasa kaku dan tidak punya ciri khas. Hal ini akan membuat pembaca sulit merasa terhubung jika tulisan terasa seperti robot atau textbook.

Jika kamu merasa kesulitan, coba mulai menulis seperti kamu sedang berbicara dengan teman. Tambahkan kepribadian dalam tulisan yang sesuai dengan kamu banget. Misalnya dengan menyelipkan sedikit humor atau opini unik. Bisa juga berdasarkan pengalaman pribadi sedikit demi sedikit.

Kamu bisa perbanyak membaca tulisan dari penulis lain, lalu pahami apa yang membuat tulisan mereka menarik dan berbeda. Meskipun begitu, pasti ada branding yang kuat ketika orang lain membaca tulisan-tulisannya.

5. Tidak Ada Tujuan Jelas dalam Tulisan

ilustrasi pembaca merasa bingung (pexels.com/George Milton)

Jangan sampai punya banyak target, sampai kamu lupa bahwa tulisan yang dibuat belum ada tujuan yang jelas. Tulisan asal-asalan tanpa tahu apa yang ingin dicapai akan membuat pembaca bingung: "Sebenarnya ini mau ngomongin apa sih?"

Penting untuk menentukan tujuan tulisan. Entah itu untuk edukasi, menghibur, atau ingin menginspirasi dari tulisan yang dibuat. Coba usahakan membuat outline sebelum mulai menulis supaya tulisan lebih terstruktur dan jelas arahnya ke mana.

Punya target sebanyak-banyaknya itu bagus, tapi lebih bagus lagi jika kamu serius dan menulis dengan penuh perhatian. Jangan fokus pada diri sendiri, tapi fokuslah memberikan solusi untuk pembaca.

6. Tidak Mengedit Sebelum Dipublikasikan

ilustrasi papan ketik (pexels.com/Dzenina Lukac)

Banyak penulis pemula langsung mempublikasikan tanpa mengecek ulang. Ini terkesan buru-buru dan terlalu percaya diri. 

Padahal, setiap tulisan yang selesai pasti tidak luput dari kesalahan tata bahasa, typo meresahkan, dan hal lainnya yang membuat tulisan terkesan tidak profesional.  

Mulai sekarang, coba baca ulang dan edit sebelum mempublikasikan tulisan yang ada. Gunakan teknik "baca keras-keras"—seringkali kesalahan lebih mudah terdengar daripada terlihat.

Jadi, ketika sudah selesai satu tulisan, kamu bisa membacanya sendiri secara keras atau berulang-ulang. Supaya tahu kesalahan-kesalahan kecil yang bisa direvisi lebih baik lagi.

7. Tidak Menutup Tulisan dengan Kuat (Ending yang Lupa Ditulis)

ilustrasi selesai (pexels.com/Ann H)

Sering baca sebuah tulisan berakhir tiba-tiba tanpa kesimpulan yang jelas, nggak? Kalau iya, ini juga menjadi salah satu kesalahan penulis pemula.

Pembaca bisa merasakan bahwa tulisan tersebut terkesan "gantung" dan tidak mendapatkan kesan yang kuat. Padahal, sudah berusaha menulis dengan baik, tapi melupakan akhir tulisan yang menarik. Ini membuat pembaca akan malas berkunjung lagi ke tulisan kamu, loh!

Coba mulai menulis dengan penutup berupa ringkasan singkat atau pertanyaan yang mengajak pembaca berinteraksi. Kamu bisa juga memberikan beberapa kesimpulan yang sesuai dengan keseluruhan tulisan, ya!

Contoh: "Sekarang kamu sudah tahu kesalahan fatal penulis pemula. Menurutmu, kesalahan mana yang paling sering kamu lakukan?"

Jadi, jika tulisanmu selama ini tidak ada yang baca, mungkin ada kesalahan-kesalahan ini di dalamnya. Jika ternyata tidak ada kesalahan ini, mungkin kamu yang kurang memperbanyak promosi dan mempunyai relasi di kepenulisan.

Tapi, tenang saja semua bisa diperbaiki. Kamu juga bisa bergabung di kelas atau program Ufuk Literasi loh. Kamu bisa punya banyak teman yang support tulisan kamu nantinya. Dan tentunya langsung dimentori Kak Aziz untuk belajar bersama.

Silakan checkout salah satu program Ufuk Literasi di sini untuk bisa masuk grup verified member ufuk literasi, ya! Sesuaikan dengan keinginan kamu mau belajar apa. Tapi, kalau mau dapat akses materi gratis, bisa ikuti saja instagram Kak Aziz di sini!

Moch Abdul Aziz
Moch Abdul Aziz Aktif sharing tips dan motivasi menulis di instagram dan tiktok dengan username @abdulaziz.writer

7 komentar

Silakan berkomentar dengan sopan, boleh bertanya juga ataupun request tulisan selanjutnya!
Comment Author Avatar
16 Maret 2025 pukul 10.38 Hapus
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Comment Author Avatar
16 Maret 2025 pukul 10.49 Hapus
bagaimana bila kita tidak percaya diri sebagai editor ka, apakah sebaiknya sebelum di terbitkan kita mnt org lain membaca tulisan kita dulu? Lalu bagaimana trik nya agar kita berhasil menulis penutup yang terkesan tidak gantung dengan mudah? apakah setiap artikel sebaiknya diselesaikan sekali duduk lalu sisa meng-editnya, atau bisa beberapa kali duduk?
Comment Author Avatar
16 Maret 2025 pukul 13.52 Hapus
Wah terima kasih kak sangat bermanfaat dan enggak bingung lagi harus bagaimana. Semoga bisa diterapkan secara perlahan - lahan tetapi pasti, yang penting latihan itu juga tidak kalah pentingnya plus penerapannya untuk bagi para pemula semangat para penulis yang keren keren.
Comment Author Avatar
16 Maret 2025 pukul 14.35 Hapus
Terimakasih ilmunya kak! Izin bertanya, ini berlaku untuk tulisan fiksi gak kak? Misalnya kayak yang basa-basi yang bertele-tele itu?
Comment Author Avatar
16 Maret 2025 pukul 14.36 Hapus
Masyaa Allah, selalu keren nih, Kak Aziz sampe berani bongkar kesalahan buat penulis muhasabah diri. Izin bertanya, Kak. Saya kalau nulis kadang masih suka bertele2, ibaratnya gak lega gitu lho, kalau gak nulis sampe tuntas. Cerita pun gitu. Apa sebaiknya buat artikel saya tulisannya jadi beberapa judul tapi masih satu topik? Kemudian untuk cerita yang suka kemana2, apakah ini pertanda kalau saya sebenernya lebih cocok nulis novel, Kak? Terima kasih sebelumnya, Kak Aziz 🙏
Comment Author Avatar
16 Maret 2025 pukul 14.38 Hapus
cont. Soalnya kadang kan kalau di fiksi itu kayak membangun suasana atau penggambaran latar. Apa bagian ini hanya berlaku untuk artikel atau tulisan sejenis, kak? Kalau misal bisa diterapkan untuk tulisan fiksi, caranya bagaimana ya kak? Terimakasih!
Comment Author Avatar
Winda
16 Maret 2025 pukul 16.05 Hapus
Materinya selalu keren, kak aziz. Mohon izin bertanya, menurut pengalaman kak aziz untuk mengedit naskah baik fiksi atau non fiksi itu baiknya setelah nulis selesai langsung diedit, atau nunggu beberapa saat?
Terima kasih🌻