Bagaimana Cara Menjalani Bisnis dari Rumah ala Writerpreneur?

Table of Contents
ilustrasi seorang writerpreneur (pexels.com/Gustavo Fring)
Di tengah lalu lintas dunia kerja yang penuh aturan dan presensi, banyak orang mulai melirik satu jalur yang tampak lebih fleksibel, yaitu menjalankan bisnis sendiri. Tapi seiring waktu, saya sadar bahwa menjadi seorang business owner—apalagi yang sekaligus writerpreneur—itu bukan soal fleksibilitas semata, tapi tentang komitmen dan konsistensi di balik layar.

Sebagian orang mengira bisnis itu identik dengan kantor megah, karyawan banyak, dan omzet ratusan juta. Padahal, bagi banyak pelaku usaha kecil dan kreatif seperti saya, bisnis bisa dimulai dari kamar sendiri, dari laptop, dan dari keyakinan yang terus dibesarkan.

Menjalani Bisnis dengan Identitas Diri

Saya memulai usaha menulis sejak kelas 11 SMA. Waktu itu, saya belum paham istilah “writerpreneur”. Yang saya tahu, saya suka menulis dan ingin menghasilkan dari situ. Berbekal semangat, saya mulai nulis di platform online, jual buku sendiri, bahkan membuka kelas-kelas menulis.

Lama-lama, saya menyadari bahwa,

Menjadi penulis yang berbisnis bukan berarti harus jadi CEO besar-besaran. Tapi jadi seseorang yang menghidupi passion dan memberi manfaat lewat karya.

Dan itu nggak kalah keren, kok.

Writerpreneur Juga Pebisnis, Bukan Cuma Pengisi Waktu

Salah satu tantangan yang sering muncul adalah validasi sosial. Saat saya bilang, “Saya jualan e-book dan buka kelas menulis,” seringkali yang saya dapat bukan tepuk tangan, tapi tatapan bingung.

Tapi saya belajar satu hal,

Bisnis bukan tentang pengakuan, tapi tentang dampak dan keberlanjutan.

Meski nggak selalu posting omzet, tapi saya tahu, produk digital yang saya buat bermanfaat. Ada yang terbantu menulis artikel pertamanya. Ada yang akhirnya tembus media. Ada juga yang mulai percaya diri mengajar menulis karena ikut kelas yang saya adakan.

Dan itu semua berawal dari keberanian untuk menjalani bisnis yang sesuai dengan karakter saya: menulis, mendidik, dan berbagi.

Tantangan Terbesar adalah Menyemangati Diri Sendiri

Berbisnis itu bukan terus-menerus semangat. Ada kalanya lelah, pesanan sepi, kelas nggak penuh, bahkan merasa jenuh. Tapi, saya percaya bahwa pebisnis adalah mereka yang bisa terus berproses meski sedang tidak di-notice.

Saya sempat merasa down saat promosi tidak mendapat respons. Tapi saya sadar, bisnis bukan hanya tentang produk, tapi juga tentang membangun hubungan, membangun kredibilitas, dan membangun konsistensi.

Karakter dan Keberanian adalah Modal Utama

Bisnis memang butuh strategi. Tapi untuk memulainya, yang kita butuhkan pertama adalah keberanian memulai dan karakter untuk bertahan.

Apakah selalu mudah? Tidak.

Tapi apakah bisa dipelajari? Sangat bisa.

Karena bisnis yang paling membanggakan bukan yang paling besar, tapi yang paling mencerminkan diri kita.

Jadi, kalau kamu sedang menjalani usaha—entah jualan buku, buka kelas, atau mengembangkan karya digital—dan belum merasa “wah” seperti yang lain, tenang.

Karena bisnis yang kuat bukan yang paling ramai diposting, tapi yang paling konsisten dijalani.

Saya, seorang penulis yang jualan e-book, buka kelas kecil-kecilan, dan aktif di komunitas, percaya bahwa usaha kecil yang dikerjakan dari hati, akan menemukan jalannya sendiri untuk tumbuh.

Dan kalau bisa sambil menulis dan berbagi lewat blog ini, kenapa nggak? Kamu juga bisa belajar bersama di Komunitas Ufuk Literasi dan Pantau Konten edukasi kepenulisan di instagram saya.

Moch Abdul Aziz
Moch Abdul Aziz Aktif sharing tips dan motivasi menulis di instagram dan tiktok dengan username @abdulaziz.writer

1 komentar

Silakan berkomentar dengan sopan, boleh bertanya juga ataupun request tulisan selanjutnya!
Comment Author Avatar
28 Juni 2025 pukul 06.14 Delete
Wah, ka. Baru tahu aku, tentang writerpreneur ini. Ternyata menulis itu juga berbisnis. Makasih sudah nulis artikel ini.