Menulis di Medium Itu Istimewa, Tapi Apakah Menghasilkan?
![]() |
ilustrasi menulis di laptop (pexels.com/Buro Millennial) |
Kita bisa menulis apa saja. Mulai dari cerita hidup yang reflektif, opini tajam, esai santai, sampai pengalaman spiritual. Tidak ada editor yang mengatur tema, tak ada deadline yang memburu, dan yang terpenting, kita bisa tetap menulis dengan gaya kita sendiri. Dan tentunya langsung terbit.
Buat saya pribadi, Medium menjadi tempat yang istimewa. Bukan cuma soal kebebasan berekspresi, tapi juga karena berbagai manfaat yang saya rasakan selama menulis di sana.
Banyak penulis yang menyebut Medium ini media sosial penulis. Karena isinya adalah orang-orang yang berbagi tulisan, pengalaman, dan bisa langsung menikmatinya dengan membaca satu sama lain.
Nah, untuk kamu yang baru mulai menulis di Medium atau bahkan sedang mencari informasi detailnya, berikut 5 hal yang dapat dipertimbangkan jika menulis di Medium. Apakah benar istimewa, dan apakah menghasilkan?
1. Latihan Menulis yang Konsisten
Medium seperti ruang latihan publik. Setiap kali saya menulis dan mempublikasikan artikel, saya belajar menyusun gagasan secara runtut dan membuatnya menarik untuk dibaca.
Tidak ada tekanan besar, tapi tetap ada pembaca yang mungkin menemukan tulisan saya—dan itu cukup memicu semangat untuk terus belajar.
2. Membangun Personal Branding
Tulisan-tulisan saya di Medium ikut membentuk branding saya di dunia digital. Saat orang mencari nama saya di Google, beberapa tulisan Medium muncul.
Ini jadi semacam portofolio hidup yang menunjukkan siapa saya dan apa yang saya pikirkan. Kamu juga bisa memulainya dari sekarang.
3. Punya Arsip yang Terstruktur dan Estetik
Medium memberikan tampilan yang bersih dan rapi. Saya senang melihat arsip tulisan saya yang tersusun di profil, dan pembaca pun mudah menjelajahi tulisan lainnya.
Beda dengan blog pribadi yang kadang perlu kita desain dan kelola sendiri. Meskipun memang tujuannya berbeda, tapi blog pribadi ataupun Medium juga tetap bagus jika ingin digunakan konsisten menulis.
4. Peluang Terhubung dengan Pembaca Baru
Medium punya komunitas pembaca yang unik. Beberapa kali saya mendapatkan respons dari orang-orang yang tidak saya kenal, bahkan dari luar negeri, yang menemukan tulisan saya lewat fitur rekomendasi atau beranda Medium.
Ini pengalaman yang jarang saya dapat di platform lain. Ada juga beberapa peserta kelas artikel atau member Ufuk Literasi yang menemukan saya di Medium. Dari sana, saya jadi makin semangat untuk terus menulis di medium, dan mengajak teman-teman lain bergabung.
5. Belajar dari Penulis Lain
Di Medium, saya bukan cuma menulis tapi juga banyak membaca. Saya belajar dari cara orang lain menyampaikan cerita, membangun argumen, dan memberi insight dari sudut pandang yang tak biasa.
Rasanya seperti ikut kelas menulis setiap hari. Saya juga bisa makin dekat dengan Kak Ivan Lanin, salah satu penulis yang saya kenal di instagram karena sering berbagi informasi tentang dunia editing dan tulis menulis.
Banyak penulis lain yang saya kenal dan makin dekat karena konsisten aktif di Medium. Meskipun per hari ini tulisan saya baru terpublikasikan belum genap seratus, tapi saya sudah mulai sejak satu tahun lalu.
Tapi… apakah menulis di Medium bisa menghasilkan uang?
Ini pertanyaan yang sering saya terima. Dan jawaban jujurnya itu bisa, tapi tidak semudah yang dibayangkan.
Saya sendiri pernah ikut Medium Partner Program dan mendapat sekitar 60 dolar—tapi itu setelah beberapa bulan menulis, dan dengan pembaca yang sangat segmented.
Medium membayar berdasarkan waktu baca dari pengguna berbayar, dan sebagian besar pembaca dari Indonesia belum tentu termasuk dalam kategori itu. Jadi, kalau kamu berharap cuan dari Medium, mungkin perlu pertimbangan ulang yang lebih matang.
Kalau target utamamu adalah penghasilan, saya sarankan untuk coba menulis di platform media seperti IDN Times, Hipwee, atau media lain yang membuka ruang kontribusi penulis.
Saya pribadi pernah mendapat jutaan rupiah dari artikel yang dimuat di IDN Times, dan waktu mendapatkannya jauh lebih singkat dibanding artikel-artikel di Medium.
Maksudnya, satu artikel di IDN Times itu bisa mendapatkan 20.000, sedangkan di Medium belum tentu. Meskipun memang juga tidak tentu di IDN Times selalu terbit dengan mudah dan stabil. Saya yang sudah bergabung sejak 2021 di IDN Times, juga tidak jarang mengalami penolakan, revisi yang panjang, bahkan tanpa kabar.
Terkait tulisan di medium juga demikian. Meskipun selalu terbit dan pasti bisa lebih mudah terindeks Google, saya mendapatkan 5 dolar, 2 dolar, bahkan 0 koma sekian dolar pun ada. Belum lagi, untuk bisa di tahap ini kita harus berlangganan 5 dolar perbulan. Hm, perlu dipertimbangkan, ya?
Lalu, apakah menulis di Medium jadi sia-sia?
Tidak sama sekali. Medium tetap tempat yang istimewa. Ia adalah ruang berkembang, tempat mengasah kemampuan menulis, bereksperimen dengan gaya, dan membangun identitas sebagai penulis.
Tapi kamu perlu meluruskan ekspektasi, bahwa tulisanmu di sana mungkin tidak viral, tidak menghasilkan banyak uang, tapi bisa jadi fondasi kuat dalam perjalanan menulismu.
Dan jika kamu ingin belajar lebih fokus menulis artikel yang bukan hanya bisa dibaca banyak orang, tapi juga berpeluang tembus media nasional dan menghasilkan uang, saya merekomendasikan kamu untuk ikut Kelas Artikel Populer di Ufuk Literasi.
Di sana, kamu akan dibimbing menulis artikel yang relevan, menarik, dan punya nilai jual tinggi. Selama satu bulan kamu akan belajar menulis supaya artikelmu berpotensi terbit di media. Sudah banyak alumni dari batch pertama sampai ketujuh yang artikelnya dimuat dan dibayar oleh media seperti IDN Times.
🌱 Yuk, naik level bareng. Nggak usah buru-buru cuan, yang penting nulisnya dulu makin kuat, konsisten, dan selalu semangat. Jadi, apakah kamu sudah siap dan yakin menulis di medium?
Posting Komentar