Cara Menjual Skill Menulis agar Jadi Bisnis Jangka Panjang
Konten Eksklusif
Masukkan username dan password untuk mengakses postingan ini:
Akses Dilindungi
Silakan bergabung ke Verified Member untuk membaca artikel premium seperti ini.
Gabung Sekarang![]() |
ilustrasi menghasilkan dari menulis (freepik.com/jcomp) |
Kak Aziz ingat betul ketika awal menulis. Bayarannya belum seberapa, bahkan kadang hanya berupa ucapan terima kasih. Tapi dari situ Kak Aziz sadar, bahwa skill menulis sebenarnya bernilai, hanya saja karena baru memulai, jadi belum tahu cara mengemasnya.
Perjalanan panjang itu akhirnya mengajarkan Kak Aziz satu hal penting. Tidak lain adalah, menulis bukan sekadar soal kata, tapi juga bagaimana membangun sistem agar skill ini bisa jadi bisnis jangka panjang. Dan inilah refleksi yang ingin Kak Aziz bagikan kepada teman-teman pembaca. Sangat beruntung sekali jika kamu berkesempatan membaca tulisan ini. Simak sampai akhir, deh.
1. Menulis Lebih dari Sekadar Tulisan
![]() |
ilustrasi belajar bahasa inggris (pexels.com/Photo By: Kaboompics.com) |
Kak Aziz sendiri sering merasakan manfaat ini. Dari awalnya hanya menulis cerita fiksi, mulai menulis lifestyle dengan sudut pandang yang menarik, artikel tech, lalu artikel bisnis, dan juga self-growth, hingga akhirnya memberanikan diri untuk membuka kelas menulis. Semuanya berawal dari skill yang sama, yaitu kemampuan merangkai kata.
Jadi kalau kamu masih berpikir menulis hanya untuk menuangkan isi hati, mungkin sudah saatnya melihatnya sebagai aset bisnis. Karena di era digital, kata-kata adalah mata uang yang berharga. Dan ketika kamu memberanikan terjun di bidang ini, tidak perlu gegabah berhenti jika belum menghasilkan, karena itu semua perlu proses.
2. Mengemas Skill Menulis Jadi Produk Digital
![]() |
ilustrasi mencatat daftar prioritas (pexels.com/Judit Peter) |
Kak Aziz pernah mencoba menjual e-book. Awalnya sederhana, isinya kumpulan tulisan pendek yang disusun selama bertahun-tahun. Ternyata, respons pembaca cukup bagus karena mereka merasa dekat dengan gaya tulisan di dalamnya. Dari situ Kak Aziz sadar, bahwa orang tidak hanya membeli isi, tapi juga membeli pengalaman penulisnya.
Produk digital ini seperti mesin kecil yang terus bekerja. Sekali dibuat, ia bisa jadi sumber passive income. Inilah titik awal skill menulis naik kelas menjadi bisnis. Ya, ini baru salah satu contohnya karena sedang ramai-ramainya, kalau tahu strategi dan cara monetisasinya pasti ada hasilnya.
Produk digital berupa ebook adalah bentuk cara membaca masyarakat yang ingin mendapatkan informasi lebih cepat tanpa harus berburu buku fisiknya. Dan, kamu bisa mencoba memulainya juga dari sini.
3. Pentingnya Personal Branding sebagai Bentuk Menjual Tanpa Terasa Jualan
![]() |
ilustrasi kerja kelompok (pexels.com/Yan Krukau) |
Kak Aziz banyak belajar dari pengalaman membangun konten di media sosial. Awalnya hanya berbagi tips menulis dan cerita pribadi. Tapi lama-lama, orang mulai percaya, bertanya, bahkan membeli produk atau ikut kelas yang ditawarkan. Ternyata, dengan berbagi secara konsisten, personal branding terbentuk tanpa harus terasa jualan.
Personal branding ini yang membuat skill menulis jadi bisnis jangka panjang. Karena ketika orang percaya padamu, mereka tidak sekadar membeli produk—mereka membeli kepercayaan.
Dan, kamu nggak harus jadi penulis yang eksis di media sosial. Karena bentuk membangun personal branding bagi penulis cukup variatif. Misalnya aktif menulis di platform kepenulisan, menjadi kontributor media, atau bahkan membangun blog pribadi juga bisa jadi pilihan.
4. Diversifikasi, Jangan Hanya Bergantung pada Satu Sumber
![]() |
ilustrasi writerpreneur (pexels.com/Pavel Danilyuk) |
Kak Aziz pribadi sudah merasakan pentingnya diversifikasi ini. Pernah satu waktu penghasilan dari artikel di media susah terbit. Bersyukur ada sumber pemasukan lain dari e-book dan penjualan buku fisik, jadi tetap bisa bertahan.
Diversifikasi membuat skill menulis lebih tahan banting. Bahkan saat satu pintu tertutup, pintu lain masih terbuka. Dan yang penting, diversifikasi ini pastikan kamu menguasai pola dan cara kerjanya. Jangan asal diversifikasi dan fomo sana-sini, tapi jadi keteteran dan tidak ada yang maksimal.
5. Ingat Kembali Tujuan Awal
![]() |
ilustrasi sedang belajar (pexels.com/Anastasiya Gepp) |
Maka, Kak Aziz selalu menekankan kepada teman-teman penulis yang sedang berjuang juga untuk tidak buru-buru berekspektasi pada hasil. Fokus pada yang bisa dilakukan hari ini itu jauh lebih penting.
Proses yang tidak mudah memang, namun sepertinya alurnya memang demikian. Tidak ada proses yang mudah untuk hasil akhir yang terlampau indah. Melelahkan, tapi ketika kita bisa menghasilkan dari sesuatu yang kita suka, kenapa tidak?
Menjual skill menulis agar jadi bisnis jangka panjang bukan perkara instan. Butuh waktu, pengalaman, dan strategi. Tapi justru di situlah letak nilai dan asyiknya. Semakin mantap dan serius kamu mengelola skill ini, semakin stabil bisnis yang bisa kamu bangun.
Bagi Kak Aziz, menulis bukan lagi sekadar hobi. Ia sudah jadi salah satu jalan menghasilkan yang dapat diusahakan dan layak diapresiasi. Dari menulis novel, puisi, artikel, menerbitkan buku, hingga mengajarkan kelas, semuanya lahir dari skill yang sama.
Kalau kamu punya skill menulis, jangan remehkan nilainya. Belajarlah mengemas, menjual, dan mengembangkannya. Karena di dunia yang serba berubah ini, skill menulis bisa jadi bisnis yang tidak hanya bertahan, tapi juga berkembang. Nah, kamu sendiri sudah siap atau belum, nih menghasilkan dari menulis untuk jangka panjang?
Tapi, setelah membaca tulisan ini, semangat menulis mulai bangkit kembali 🔥
yang sampai skrg sulit dilaksanakan yaitu istiqomahnya. 😁😁
terlalu sering mencari2 alasan untuk off dan libur dulu.
Harus mulai rajin-rajin nulis lagi ini (aku)
Terima kasih, Kak, atas tulisannya.