5 Alasan Perfeksionisme Menghambat Produktivitas Menulis

Table of Contents
ilustrasi penulis perfeksionis (pexels.com/Ron Lach)
Banyak penulis pemula ataupun yang sudah senior menganggap bahwa perfeksionisme adalah standar kualitas yang baik dan wajar. Padahal, keinginan untuk selalu sempurna justru bisa menjadi penghambat terbesar bagi produktivitas saat menulis. 

Terlalu fokus pada hasil akhir membuat proses menulis terasa berat dan penuh tekanan. Kalau kamu merasa sulit menyelesaikan tulisan, bisa jadi perfeksionisme adalah salah satu penyebabnya. 

Meskipun bagi sebagian penulis akan menganggap ini biasa-biasa saja dan bagian dari ritme menulis, namun perlu diperhatikan juga jika sudah terlalu berlebihan. Berikut 5 alasan yang wajib kamu tahu. Keep scrolling!

1. Terlalu lama di tahap awal menulis

ilustrasi penulis sedang mengumpulkan ide menulis (pexels.com/SHVETS production)
Penulis perfeksionis sering terjebak di paragraf pertama dan enggan melanjutkan sebelum merasa maksimal. Akibatnya, waktu banyak habis hanya untuk memperbaiki bagian kecil dari tulisan tersebut.

Padahal, draft pertama tidak harus langsung bagus dan itu wajar. Menulis itu proses, dan menyelesaikannya terlebih dahulu jauh lebih penting daripada memaksakan kualitas maksimal sejak awal. 

Membiarkan tulisan terhenti di pertengahan atau bahkan di awal tanpa ada kelanjutannya akan membuat karya tersebut tidak kunjung terselesaikan. Padahal, makin sering menulis justru kualitas akan lebih baik. Jika terus fokus di satu tulisan, kapan akan selesai untuk menulis selanjutnya?

2. Takut tulisan dinilai buruk oleh orang lain

ilustrasi penulis merasa lelah (pexels.com/Valeria Ushakova)
Perfeksionisme membuat penulis takut dihakimi sehingga enggan mempublikasikan karyanya. Akhirnya, tulisan hanya tersimpan di folder pribadi dan tidak pernah sampai ke pembaca. 

Padahal, feedback yang datang justru bisa membantu siapapun lebih berkembang. Ketakutan berlebihan ini membuat produktivitas jadi terhambat.

Bayangkan saja jika seharusnya tulisan selesai dalam waktu beberapa jam saja, harus tertunda beberapa hari hanya karena takut tidak maksimal. Padahal, selama prosesnya itulah penulis akan belajar untuk menghasilkan tulisan yang lebih baik.

3. Terlalu banyak mengedit saat menulis

ilustrasi blogger sedang mengetik di laptop (pixabay.com/OleksandrPidvalnyi)
Mengedit saat menulis memang penting, tapi penulis si paling perfeksionis cenderung mengulang dan memperbaiki terus-menerus. Ini menyebabkan alur berpikir jadi stuck dan tulisan tak kunjung selesai. 

Lebih baik sendirikan proses menulis dan mengedit agar tetap fokus. Selesaikan dulu satu persatu, revisi dan maksimalkan kemudian. 

Menjadikan proses kreatif menulis dalam satu waktu menyebabkan kesulitan untuk menyelesaikan dan membuat pusing sendiri. Kamu bisa menentukan waktu khusus misalnya pagi hari fokus menulis kemudian merevisinya di malam hari.

4. Sulit merasa puas dengan hasil tulisan sendiri

ilustrasi penulis merasa tidak puas (pexels.com/ANTONI SHKRABA production)
Penulis yang terlalu perfeksionis cenderung selalu merasa tulisannya belum cukup bagus. Akibatnya, mereka menunda-nunda untuk menyelesaikan atau mengirim tulisan ke media. 

Rasa tidak puas yang berlebihan ini bisa membuat penulis berhenti berkarya. Padahal, kadang tulisan yang kita anggap biasa saja bisa berdampak besar bagi pembaca. 

Dan tentu saja, tidak semua yang kita anggap bagus juga pasti disukai pembaca. Inilah pentingnya feedback dan selalu mengevaluasi apa yang perlu ditingkatkan lagi.

5. Menunda menulis karena menunggu waktu yang tepat

ilustrasi burnout (pexels.com/Antoni Shkraba Studio)
Perfeksionisme sering membuat seseorang menunggu kondisi yang tepat untuk mulai menulis. Misalnya seperti mood bagus, waktu luang, atau inspirasi besar. 

Sayangnya, momen yang tepat itu jarang datang jika tidak diciptakan sendiri. Terlalu lama menunda justru membuat produktivitas turun drastis.

Mulai saja dulu, meski tidak langsung bagus saat itu juga. Jangan khawatir untuk merevisi tulisan berkali-kali, yang penting kamu sudah mengusahakan untuk berani memulainya sedikit demi sedikit dan tidak memilih berhenti.

Perfeksionisme memang sering menyamar sebagai niat baik untuk menghasilkan karya terbaik. Tapi, sayangnya jika tidak dikendalikan menjadi jebakan yang menghambat untuk menyelesaikan tulisan.

Ingat, tulisan yang selesai jauh lebih berharga daripada hanya terus dimaksimalkan tapi tidak pernah dipublikasikan. Nah, kalau kamu termasuk penulis yang paling perfeksionis itu atau nggak, nih?

Moch Abdul Aziz
Moch Abdul Aziz Aktif sharing tips dan motivasi menulis di instagram dan tiktok dengan username @abdulaziz.writer

Posting Komentar